17 Agustus 2016

 

Hari itu libur nasional, dikhususkan untuk memperingati hari lahirnya bangsa Indonesia. Terhitung sejak diproklamirkan kemerdekaan tersebut melalui proklamasi yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan di dampingi oleh Drs. M Hatta.

Jakarta adalah kota dengan segudang bangunan dan peristiwa sejarah.

Dan kini, kemerdekaan bagi sebagian orang adalah semarak juga keriuhan hiburan. Kadang justru terlau jauh dari esensi kemerdekaan itu sendiri. Bersebelahan dengan monumen ini, sedang semarak pesta perayaan kemerdekaan di salah satu kantor pusat parpol.

Ya, Indonesia. Beragam sekali mengekspresikan kemerdekaan itu

 

 

Jakarta, 17 Agustus 2016

Jl. Surabaya di Jakarta

 

Pertama kali ada di Jakarta, yang terbenak dalam diri saya pertama kali adalah pasar buku bekas atau pusat penjualan barang antik. Saya harus ke sana! Dan di Jakarta, Jl. Surabaya adalah surga barang antik yang sudah masyhur.

Bermacam barang dijajakan mulai dari tape recorder, sampai bermacam pernak pernik hiasan rumah, bahkan beberapa benda magis pun ada. Mengapa barang antik? Mengapa Jalan Surabaya? Mengapa Jakarta?

Sederhana saja, saya masih berada di jakarta saat itu dan penikmat bayang antik, walaupun belum bisa membeli sampai sekarang. Dan, Jalan Surabaya adalah salah satu sudut kota di Jakarta yang masih menyisakan pepohonan rindang bagi pejalan kaki bernaung, di tengah modernitas Jakarta

 

 

Semoga berkenan

Jakarta, 2016

Suatu pagi di bundaran HI

Percaya atau tidak, selama 2 tahun saya berada di Jakarta belum pernah sekalipun saya menginjakkan kaki di Bundaran HI. Berkutat dengan rutinitas di luar kewajaran, dan weekend yang terasa begitu cepat, Jakarta.

Pagi itu, menyambut matahari pagi dan mengobati rasa penasaran saya dengan arsitektur ikonik Jakarta itu, berjalan lah saya dari kos di kawasan pasar genjing menuju Bundaran HI.

Masih sepi, dan jauh dari macet. Beberapa pasangan sudah mendahului saya di sana, berebut spot yang bagus. Ada juga diantara mereka yang saya rasa, ah sudahlah. Bagaimana tidak, kita pun tak bisa memungkiri Jakarta adalah “alterIndonesia” mereka dan saya, memiliki sosok lain di luar Indonesia, dan di Jakarta tak Ada yang menegur kami menampakkan sisi lain itu. Ah, waktu telah banyak beradu dengan peradaban.

Berikut adalah sosok cantik Bundaran HI yang berhasil saya abadikan pagi itu.

Istiqlal, dan simulasi 50mm

apa jadinya jika kita mengabadikan sebuah arsitektur dengan lensa 50mm yang notabene adalah lensa untuk modelling? Saya mungkin agak gila, lensa 50mm memiliki keterbatasan view yang menyulitkan jika digunakan untuk mengabadikan lanskap atau arsitektur bangunan. Dan, beginilah percobaan saya dengan lensa 18-55 yang saya coba set zoom sekitar 50mm.

semoga berkenan.

Jakarta, mei 2016

kolom zaman

Pelabuhan Sunda Kelapa

Pada zamannya, pelabuhan ini adalah pintu masuk utama menuju Indonesia . Di pintu ini lah kemudian mengalir berbagai macam kebudayaan luar, yang akhirnya berpadu membentuk dan membangun Indonesia seperti sekarang.

Namun, di sini pula terlihat “kejujuran” zaman. Begitu mungkin. Pelabuhan Sunda Kelapa yang masih mempertahankan sisi “tradisional”nya sampai sekarang, sedang di seberang dan sisi terdekatnya, beragam pembangunan  dan pembuatan pulau buatan untuk membatasi jakarta dari ombak dibangun.

Sunda Kelapa, selalu etnik dengan pesonanya tersendiri. Ditengah pembangunan megah nan “egois” Jakarta

 

2016.